Senin, 16 Juni 2014
REPUBLIKA.CO.ID,Fenomena alam terus terjadi di tanah suci Makkah dan Madinah. Seperti jabal (gunung) magnet yang tidak habis-habis dibicarakan orang, termasuk jamaah umrah dan haji asal Indonesia. Pasalnya, gunung ini mampu mendorong kendaraan dengan kecepatan 120 km/jam dengan posisi perseneling netral. Fenomena tersebut membuat jabal magnet yang meskipun tidak se terkenal jabal Uhud maupun Jabal Rahmah, belakangan menjadi semakin popular.
Lokasi gunung ini cukup jauh dari Kota Madinah, yakni sekitar 40 kilometer menuju arah Kota Tabuk. Tampilannya, tampak seperti gunung-gunung kebanyakan di Arab Saudi. Yaitu berupa bukit bebatuan yang gersang.
Perbedaan hanya dapat dirasakan ketika kendaraan sampai di jalan raya antara perbukitan tersebut. Sebab, jalan sepanjang sekitar 4 kilometer di kawasan perbukitan ini diyakini memiliki daya dorong. Mobil akan berjalan dengan kecepatan tinggi menjauhi jabal magnet menuju Madinah meskipun dengan posisi perseneling netral.
Sedangkan, jika mobil dikendarai melewati jabal magnet kea rah Kota Tabuk, pengemudi akan merasakan kesulitan dalam menyetir. Mobil akan terasa berat dan hanya mampu melaju dengan kecepatan 15-20 km/jam, padahal jalanan yang dilalui tidak menanjak.
Tidak ada batasan yang jelas, mulai dari mana jalanan yang memiliki medan magnet tersebut. Namun kebanyakan orang bercerita, pengaruh magnet itu dapat mulai dirasakan apabila kendaraan melaju dari bendungan air yang letaknya tak jauh dari putaran jabal magnet hingga bukit menjelang persimpangan menuju Kota Madinah.
Tidak hanya itu, jarum penunjuk kompas yang dikeluarkan di lokasi jabal magnet juga tidak bekerja sebagaimana mestinya. Arah utara-selatan menjadi kacau. Bahkan beberapa pengunjung mengaku pernah kehilangan data di telepon selulernya di lokasi tersebut.
Magnetic Hill, atau warga setempat menyebutnya Manthiqa Baidha, yang berarti perkampungan putih. Namun, banyak yang menamainya Jabal Magnet. Secara geologis, fenomena Jabal Magnet bisa dijelaskan dengan logika. Karena, Kota Madinah dan sekitarnya berdiri di atas Arabian Shield tua yang sudah berumur 700-an juta tahun.
Kawasan itu berupa endapan lava "alkali basaltik" (theolitic basalt) seluas 180.000 km persegi yang berusia muda (muncul 10 juta tahun silam dengan puncak intensitas 2 juta tahun silam). Lava yang bersifat basa itu muncul ke permukaan bumi dari kedalaman 40-an kilo meter melalui zona rekahan sepanjang 600 kilo meter yang dikenal sebagai "Makkah-Madinah-Nufud volcanic line".
Selain itu, otoritas Saudi Geological Survey (SGS) pada 1999 sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas swarm (gempa kecil terus-menerus) di Harrah Rahat yang merupakan pertanda naiknya sejumlah besar magma. Bahkan, di sekitar Madinah diketahui ada kegempaan aktif di Harrah Rahat, yang sangat dimungkinkan terjadinya migrasi magma dan sebagian di antaranya diduga menyusup ke bawah Jabal Magnet, sehingga muncul “medan magnet” (daya tarik bumi) di kawasan itu.
Memang banyak gunung berapi terbentuk di sepanjang zona rekahan itu. Seperti Harrah Rahat, Harrah Ithnayn, Harrah Uwayrid dan Harrah Khaybar. Tidak seperti di Indonesia yang gunung-gunungnya berbentuk kerucut, sehingga memberi pemandangan eksotis, gunung-gunung di Arab berbentuk melebar dengan puncak rendah. Kompleks semacam ini cocok disebut volcanic field atau harrah dalam bahasa Arab.
Cerita mengenai jabal magnet ini, sebenarnya awalnya ditemukan secara tak sengaja oleh seorang arab baduy, yang menghentikan mobilnya tanpa menarik rem tangan di lokasi magnet tersebut. Sejak saat itu, cerita menyebar ke berbagai pelosok arab maupun negara-negara lain. Pemerintah Arab Saudi bahkan menjadikan jabal magnet ini sebagai salah satu objek wisata, namun melarang orang-orang untuk melakukan ritual agama di lokasi tersebut.
Untuk itu, kerajaan Arab Saudi sudah membangun jalan raya yang sangat lebar, agar pengunjung bisa merasakan dorongan magnet ketika melaju dengan kendaraannya. Di bagian ujung dibuat jalan melingkar untuk putaran ketika pengaruh medan magnet sudah terasa lemah. Selain itu, di kedua sisi jalan pun telah dibangun tenda-tenda untuk pengunjung dan ditanami pepohonan agar pemandangan lebih hijau.
Di daerah yang terhitung hijau karena banyak ditumbuhi pohon kurma itu, juga dilengkapi sarana wisata lainnya. Ada tenda-tenda untuk pengunjung, ada mobil mini yang bisa disewa untuk merasakan tarikan medan magnet itu.
Jalan dari kota madinah ke lokasi magnet tersebut pun sudah mulus, sehingga untuk bisa mencapai lokasi hanya memerlukan waktu sekitar 45 menit dengan mobil kecil atau bus. Jabal magnet, kini telah menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang dari berbagai negara.
Fenomena jabal magnet ini seperti melengkapi fenomena penemuan posisi Mekkah sebagai poros bumi atau berada pada titik 0 sesuai hadits nabi “(Baitullah) Al-Haram adalah tanah suci poros tujuh langit dan tujuh bumi “. Apalagi jika mengingat bahwa kompas yang dibawa ke tanah suci tidak akan bergerak ke utara maupun selatan.
Yusuf al-Qaradawi, seorang ulama Mesir yang dikenal di seluruh dunia Islam karena acara televisi populernya "Syariah dan Kehidupan" menilai Mekkah lebih cocok menjadi meridian utama karena keselarasan yang sempurna dengan medan magnetis utara.
Ia menyebut kota suci adalah "zona magnet nol" dan telah memenangkan dukungan dari beberapa ilmuwan Arab seperti Abdel-Baset al-Sayyed dari Pusat Penelitian Nasional Mesir yang mengatakan gaya magnet di Mekkah kecil. "Itu sebabnya jika seseorang melakukan perjalanan ke Mekah atau tinggal di sana, dia tinggal lebih lama, lebih sehat dan kurang dipengaruhi oleh gravitasi bumi," katanya. "Anda mendapatkan penuh energi," tambahnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda: