Senin, 16 Juni 2014

Al-Ji’ranah, kerap disebut Ji’ranah saja, merupakan sebuah perkampungan di Wadi (lembah) Saraf yang berjarak sekitar 24 km dari Masjidil Haram, Makkah al- Mukarramah. Beberapa kali, tempat bersejarah ini disebutkan dalam hadis.
Di antaranya dalam Sunah Abu Daud yang diriwayatkan dari Abu Thufail RA. Dikatakan Abu Thufail, “Aku pernah melihat Nabi SAW sedang membagikan daging di Ji’ranah, tiba-tiba ada seorang perempuan datang sampai dekat kepada Nabi SAW, lalu beliau menghamparkan mantelnya untuk perempuan itu, lantas ia (perempuan itu) duduk di atasnya. Lantas aku bertanya, ‘Siapakah perempuan itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Ia adalah ibu Beliau yang pernah menyusuinya.’”

Kemudian, dalam Sunah Abu Daud juga, yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, kembali Ji’ranah disebutkan. Ibnu ‘Abbas berkata, “Rasulullah mengerjakan umrah sebanyak empat kali. (Yaitu) umrah Hudaibiyah, umrah Qadha’, umrah ketiga dari Ji’ranah, dan keempat (umrah) yang bersamaan dengan pelaksanaan haji Beliau (haji wada’).”

Menurut Dr Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadits, Ji’ranah adalah sumur yang berada di antara Thaif dan Makkah al-Mukarramah. Namun, letaknya lebih dekat dengan Makkah. Rasulullah SAW singgah ke tempat ini ketika membagikan harta rampasan Bani Hawazin yang diperoleh dari Perang Hunain dan Thaif. Dari sana (Ji’ranah), Beliau memasuki Tanah Haram. “Al-Ji’ranah, nama ini masih tetap terkenal sampai sekarang,” ujar Syauqi, penulis buku best seller, Atlas Alquran.

Di kampung ini terdapat sebuah masjid yang dikenal dengan nama Masjid Ji’ranah. Masjid ini selalu digunakan penduduk Makkah untuk melakukan ihram saat umrah atau haji. Karena Ji’ranah merupakan tanda batas haram, maka dari sanalah dulu Rasulullah SAW berihram untuk melakukan umrahnya yang ketiga kali. Nah, tempat di mana Rasulullah SAW berihram kemudian dibangun Masjid Ji’ranah.

Menurut pendapat banyak ulama, Ji’ranah merupakan tempat miqat umrah yang paling afdal bagi penduduk Makkah. Tercatat dalam sejarah, Rasulullah pernah bermukim di sana selama 13 hari, kemudian berihram dari sana.

Berkali-kali dipugar 
Masjid Ji’ranah sangat populer di kalangan kaum Muslimin, tak hanya bagi mereka yang tinggal di Makkah, tapi juga mereka yang datang dari negeri-negeri yang jauh. Masjid ini telah dipugar berkali-kali dari zaman ke zaman sepanjang sejarah. Kemudian, pada pemerintahan Saudi dibangun masjid besar bersebelahan dengan masjid yang lama yang dibuat tidak terpisahkan. Untuk membangun masjid itu, Raja Fahd menggelontorkan dana tak kurang dua juta riyal. Dengan luas total 439 meter persegi, masjid tersebut dapat menampung sekitar 1.000 jamaah.


Lantas, dari mana asal nama Ji’ranah? Ini adalah nama seorang perempuan yang sehari-harinya bekerja mengabdikan diri untuk menjaga dan membersihkan masjid tersebut. Ia seorang wanita Quraisy dari Bani Tim. Selain dikenal dengan nama Ji’ranah, konon ia pun punya nama lain, yakni Roitoh. Uniknya, meski tekun menjaga kebersihan masjid, Ji’ranah dikenal sebagai perempuan dungu. Allah SWT bahkan menggambarkan perempuan ini dalam surah an-Nahl ayat 92, “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai-berai kembali..”

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda: